Kenangan berbuka puasa dan kini

Bulan puasa ramadhan telah memasuki hari kesembilan (saat tulisan ini ku posting) banyak hal yang ingin kulakukan seperti tahun – tahun terdahulu, namun hidup terus berubah bermetamorfosa, dari anak tanggung menjadi remaja dan seterusnya, dahulu kebutuhan hidup ditanggung orang tua, kini harus berjuang sendiri mencukupi kebutuhan hidup.

Dahulu menanti beduk waktu nya berbuka puasa merupakan rutinitas keharusan yang kujalani dengan suka cita, biasa nenek telah meracik menu buka puasa dengan aneka kue – kue basah juga minuman – minuman dingin yang sangat menggoda selera, seperti mentimun, semangka yang di parut dicampur es ditambahkan pemanis dan air secukupnya. Soal meramu minuman dan makanan beliau memang ahlinya, dari bahan – bahan yang sederhana yang mudah dicari di pasar tentunya harganya juga terjangkau dalam waktu yang singkat maka terciptalah hidangan yang menggugah selera.

Keahlian nya bukan hanya dalam hal hidangan buka puasa saja, dalam bidang masak – memasak banyak kerabat, saudara, anak, cucu, cicit mengakuinya masakan nya sangat mengena dan cocok di lidah. Beliau sering di undang ke acara – acara seperti selamatan, kenduri, pesta perkawinan. Mereka sering meminta saran dan tentunya belajar secara tidak langsung dan tak jarang juga meminta secara terang – terangan soal meracik bumbu untuk hidangan yang disajikan kepada khalayak ramai.

Aku sering merindukan masakan nya juga petuah bijaknya saat ini, namun bentangan lautan dan jarak yang bermil – mil jauh nya menghalangi keinginan. Bulan suci ramadhan yang kujalani kini di rantau orang seperti gitar tanpa senar. Ketika saatnya berbuka puasa telah tiba kerap kali kenangan berbuka bersama beliau melintas di benak, aku sangat menikmati setiap ramdhan yang ku jalani, namun kerinduan yang telah berkarat di jiwa tak bisa ku tepiskan begitu saja. Segelas teh manis dingin dan beberapa potong kue teman untuk berbuka puasa, memang banyak sajian untuk berbuka puasa beraneka ragam dengan harga yang terjangkau, namun ketika kunikmati, rasa yang ku kecap di indra perasa tak sesuai dengan keinginan.

Harap ku semat dalam hati, kelak di penghujung ramdhan rejeki diberi lebih sedikit jika banyak pun tiada mengapa 😀
Kesalahan dan kekeliruan di masa lampau teramat banyak waktu fikir masih dangkal, pengalaman hidup masih secuil, aku hanya ingin meminta maaf kembali sambil memijit raganya yang mulai ringkih dimakan usia, semoga penguasa langit dan bumi berkenan  meluluskan keinginan ku.

mungkin beliau takkan pernah membaca tulisan ini, namun aku yakin cucu – cucu nya yang tersebar di pelosok negeri dan diluar negeri ini, suatu ketika akan membaca. Sayup – sayup dari kejauhan, lantunan kalam ilahi terdengar dalam keremangan waktu menuju azan subuh di akan dikumandangkan, pagi ini begitu tenang, begitu damai.

 

 

 

7 thoughts on “Kenangan berbuka puasa dan kini

  1. Kangen masakan orang tua di kampung bang, jadi ingat keluarga di kampung. sekarang di perantauan seorang diri 😀

Tinggalkan Balasan ke zainal Batalkan balasan